Minggu, 24 November 2013

Kecerdasan Emosi dari Goleman

Pengertian :
Menurut Goleman, kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengendalikan dorongan emosi, mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Kemampuan ini juga mencakup control diri, semangat, dan ketekunan serta kemampuan memotivasi diri sendiri.
Dimensi-dimensinya :
1.      Mengenali emosi diri
Ketidakmampuan untuk memahami perasaan yang sebenarnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan, sehingga tidak peka terhadap perasaan yang akan berakibat buruk terhadap berperilaku
2.      Mengelola emosi
Kemampuan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila seseorang mampu menghibur diri ketika mengalami kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan pulih kembali dari perasaan itu dengan cepat. Sebaliknya orang yang kemampuan mengelola emosinya rendah akan terus menerus dalam keadaan murung, atau bahkan mengalihkan perasaan tersebut kepada hal-hal negative yang merugikan diri sendiri.
3.      Memotivasi diri
Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimiliki, seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positive dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya. Motivasi dihasilkan dari adanya sikap optimism dan harapan. Optimism adalah suatu sikap yang mampu menahan seseorang untuk tidak terjerumus dalam sikap masa bodoh atau tidak acuh, keputusasaan dan depresi pada saat mengalami kekecewaan dan kesulitam hidup. Sedangkan harapan merupakan keyakinan bahwa kita memiliki kemampuan maupun cara untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Orang dengan harapan yang tinggi mampu memotivasi diri, lebih fleksibel dalam menentukan cara untuk meraih sasarannya dan lebih mudah mengubah sasarannya apabila tidak mungkin dapat dicapai serta memiliki keberanian untuk memecah tugas yang sangat berat menjadi tugas yang ringan sehingga lebih mudah dalam menyelesaikannya.
4.      Mengenali emosi orang lain
Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka ia akan lebih terampil dalam memahami perasaan orang lain. Kunci untuk dapat memahami orang lain adalah kemampuan membaca pesan nonverbal, seperti nada bicara, gerak tubuh, dan ekspresi wajah.
5.      Membina hubungan dengan orang lain
Tanpa ketrampilan ini, seseorang akan dianggap angkuh, mengganggu, dan tidak berperasaan karena tidak mengerti bagaimana cara dalam berhubungan dengan orang lain.
Alat Ukur :
Untuk melakukan pengukuran kecerdasan emosional, di Indonesia telah dilakukan adaptasi dari alat ukur kecerdasan emosional. Pendekatan pengukuran kecerdasan emosional yang dilakukan Lanawati (1999) menggunakan model dari Goleman dimana setiap itemnya merupakan modifikasi dari alat ukur kecerdasan emosional dari Bar-On yaitu Emotional Question Inventory (EQ-I) dan Trait Meta Mood Scale (TMMS) dari Mayer-Salovey. EQ-I yang disusun Bar-On mengukur 5 skala kecerdasan emosional dengan masing-masing skala memiliki 15 subskala. Sedangkan TMMS mengukur kepekaan terhadap emosi, kejelasan emosi, dan perbaikan emosi.
Berdasarkan hasil modifikasi dari 2 alat ukur diatas, Lanawati menghasilkan alat ukur untuk kecerdasan emosional yang dinamakan Emotional Intelligence Inventory (EII). Alat ukur ini terdiri dari 5 dimensi yaitu Self Awareness (kesadaran diri), Self Control (control diri), Self Motivation (memotivasi diri), Empathy (empati/mengenal emosi), dan Social Skill (keterampilan social). Relawu (2007) dalam penelitiannya menggunakan alat ukur yang telah diadaptasi oleh Lanawati dengan mengurangi 10 item yang tidak di skors karena tidak memiliki keterkaitan dengan kelima dimensi dalam alat ukur tersebut. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan oleh Relewu dengan menggunakan Cronbach’s Alpha menunjukkan masing-masing dimensi memiliki nilai alpha ≤ 0.50 yang membuktikan reliabilitas perdimensi hasilnya bagus.

Pendapat :
Menurut saya kecerdasan emosi dapat diukur seperti yang telah dijelaskan di atas, namun hasil dari pengukuran tersebut tidak selalu sepenuhnya falid karena tidak menutup kemungkinan subjek berbohong atau mengada-ngada ketika mengisi questioner yang diberikan.











                                                                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar